Doa merupakan obat yang paling banyak manfaatnya. Doa juga menangkal bala dan cobaan, mencegah dan menghilangkan musibah. Doa juga dapat meringankan musibah yang dating. Doa merupakan senjata orang mukmin.
Obat yang paling mujarab adalah doa dengan sikap yang sungguh-sungguh. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadis Riwayat Abu Hurairah, Rasullullah ﷺ bersabda,
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Barangsiapa tidak meminta kepada Allah, Allah murka kepadanya”
Orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa dan tidak berhenti dari doanya itu sebelum ada ijabah (jawaban) dari Allah, maka doanya akan terkabul. Salah satu penyebab gagalnya suatu doa adalah sifat tergesa-gesa dalam menanti terkabulnya doa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa salah seorang di antara kalian pasti dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa. (Yaitu) orang tersebut berkata, ‘Aku telah berdoa kepada Rabbku, tetapi Dia tidak mengabulkannya untukku.’” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6340 dan Muslim, no. 2735]
Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa itu?”. Nabi menjawab, “Orang yang berkata, ‘Aku telah berdoa, namun aku tidak melihat ijabah untukku. ‘Ia cemas karenanya, lalu meninggalkan doanya”
Waktu-waktu ijabah nya doa, antara lain :
- Sepertiga terakhir dari malam hari
- Waktu adzan (dikumandangkan)
- Di antara adzan dan iqamah
- Seusai sholat fardhu
- Waktu imam naik mimbar hingga selesai shalat pada hari itu
- Pada jam-jam terakhir setelah shalat Ashar
Ringkasnya, doa dikabulkan kemungkinan besar karena :
- Keadaan yang sangat penting atau darurat
- Didahului dengan perbuatan baik, seperti sedekah
- Dilakukan pada saat-saat yang tepat, yaitu waktu-waktu di ijabah, di mana Allah berkenan menyambut doa kita.
- Bersandar benar-benar kepada Allah.
Pesan hari ini : “Janganlah kalian enggan untuk berdoa. Sesungguhnya seseoramng tidak akan binasa bersama doa (saat ia berdoa)”
Sumber :
Al-Jauzi, Ibnu Qayyim dalam buku Terapi Penyakit Hati/Ibnul Qayyim al-Jauzi; penerjamah, Salim Bazemool; editor, Ida Rahmawati. Cet1. –Jakarta: Qisthi Press,2005. Dengan judul asli Ad-Da’u wa ad-Dawa’