Abu ‘Ali al-Husain’ Ibnu Sina lebih dikenal di Eropa dengan nama Latin “Avicenna”. Dia adalah filsuf paling penting dalam Islam dan filsuf paling berpengaruh di era pra-modern. Lahir di Afshana dekat Bukhara di Asia Tengah pada sekitar tahun 980, ia dikenal sebagai seorang polimatik, sebagai seorang dokter yang karya utamanya Kanon (al-Qanun fi’l-Tibb) diajarkan sebagai buku teks kedokteran Eropa dan dunia Islam hingga periode modern awal. Al-Qanun fi’l-Tibb diterjemahkan pertama kali oleh Gerard dari Cremona selama abad kedua belas. Sejak itu, Qanun memperoleh otoritas yang hampir tak terbantahkan selama abad pertengahan. Bagi banyak orang, dia adalah “Bapak Kedokteran Modern”. Dari sekitar 450 judul yang ditulisnya, 240 di antaranya selamat dan bertahan hingga hari ini, yang di antaranya terdapat 240 judul dalam bidang filsafat dan 40 judul dalam pengobatan.
Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina mulai mempelajari ilmu pengobatan. Ketika itu Sultan Bukhara jatuh sakit dan tidak ada satu pun tabib istana yang mampu mengobati. Ibnu Sina kemudian dipanggil untuk menyembuhkan sang raja. Di luar dugaan, dia berhasil melaksanakan tugasnya. Sebagai bentuk terima kasih, Sultan kemudian mengizinkan Ibnu Sina mengakses perpustakaan Samanid, yang kemudian memperluas cakrawala pemikiran dan pengetahuannya. Tak hanya sebagai ahli fisika, ia juga mendalami masalah-masalah fisih dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk mendukung filsafatnya. Memasuki usia 21 tahun, Ibnu Sina mulai aktif menuliskan pemikirannya.
Ibnu Sina adalah seorang muslim yang taat dan berusaha untuk mendamaikan filsafat rasional dengan teologi Islam. Tujuannya untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan ciptaan-nya dari dunia ilmiah dan melalui akal dan logika. Petualangan Ibnu Sina dimulai saat umur 22 tahun sepeninggalan ayahnya. Tempat tujuan adalah Jurjan, sebuah kota di Tmur Tengah. Disana Ibnu Sina bertemu dengan seorang sastrawan dan ulama besar, Abu Raihan Al Biruni dan berguru padanya.
Kemudian, Ibnu Sina melanjutkan ke Kota Rayy da Hamadan. Di sinilah Ibnu Sina menyusun karya besarnya Qanun fii Thib. Salah satu mahakarya yang tak kalah terkenal adalah Asy-Syifa. Sebuah karya yang berisikan cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Ibnu Sina wafat pada tahun 428 H di Kota Hamadan, Iran. Dalam rangka memperingati 1000 tahun hari kelahirannya, melalui event Fair Millenium di Teheran pada tahun 1955, Ibnu Sina dinobatkan sebagai “Father of Doctor” untuk selama-lamanya.