Tergila-gila dengan dunia perjalanan di usia muda, Ibn Battuta menghabiskan 30 tahun menjelajah sebelum menulis tentang petualangannya dalam salah satu buku perjalanan pertama di dunia. Pada tahun 1325, penjelajah Maroko, Ibnu Battuta, berusia 21 tahun dan berangkat melakukan ziarah religius ke Mekah, di tempat yang sekarang Arab Saudi. Perjalanannya penuh tantangan dan dia berjuang menghadapi pencuri dan penyakit. Dia terus berjala,16 bulan kemudian dia akhirnya mencapai Mekkah.
Perjalanan ke Mekkah memicu rasa petualangan Battuta dan dia tidak sabar untuk melihat lebih banyak dunia. Selama bertahun-tahun ia mengunjungi berbagai tempat, termasuk Timbuktu, Afghanistan, India, dan Tiongkok. Tujuannya adalah untuk tidak pernah melakukan perjalanan yang sama dua kali, kecuali kembali ke Mekkah.
Battuta kembali ke rumah pada tahun 1354 dan menulis tentang pengalamannya dalam sebuah buku berjudul Rihla, yang berarti “Perjalanan” dalam bahasa Arab. Kisah-kisahnya terdengar begitu mengada-ada sehingga banyak pembaca yang tidak mempercayainya. Namun, Rihla tetaplah sebuah buku yang penting buku yang menceritakan kisah salah satu penjelajah paling menakjubkan dalam sejarah. Ar-Rihlah Ibnu Batutah baru dikenal orang di luar Dunia Islam pada permulaan abad ke-19, manakala musafir sekaligus penjelajah Jerman yang bernama Ulrich Jasper Seetzen (1767–1811) mendapatkan sekumpulan naskah di Timur Tengah, di antaranya terdapat sejilid naskah sepanjang 94 halaman berisi salah satu versi ringkas dari Ar-Rihlah Ibnu Batutah yang disusun oleh Ibnu Juzay.